Sabtu, 21 Agustus 2010

part II... kilas kisah "jendral ketjil" mengantar sosialita peradaban di sudut gedung agung

oleh Sri Utami pada 21 Agustus 2010 jam 2:41
lantas...
ritme pun bergerak seiring laju perubahan zaman...
sebagian orang mengukur dan mengeluarkan petisi umum sebagai sebuah proses menuju titik nadzir...from zero to zero...
hal yang lumrah mengingat semua ada masanya...
hanya manuasi-manusia yang tidak bisa survive di segala kondisi saja yang ngotot mempertahankan satu titik posisi yang terkait dengan hasil perjuangan dengan sgala daya upaya dan rupa-rupa penjagaan hingga menjegal generasi muda yang potensial berikutnya...
tapi buat seorang jenderal "ketjil" sepertiku...
aku selalu mengalah...berserah pada sebuah keutuhan proses yang meliputi 2 sisi hidup dan kehidupan yang di dalamnya melibatkan unsur-unsur makro kosmos dan mikro kosmos...dari memasuki sebuah peluang..terlempar...bangkit..menyusun kekuatan...hingga harus tergerus untuk sesekali waktu...
tapi rasa ora  kapok itulah yang kemudian membuatku masuk ke ranah-ranah proses yang multidimensional..meski tidaklah utuh dan terkesan sepenggal...
namun experience is the best teacher...
pengalaman itulah yang lagi-lagi mengantarkan aku pada pintu gerbang kemerdekaan setelah berulang kali mengalami penindasan...penjajahn dan kolonialisasi pemikiran maupun tindakan...
seperti halnya saat aku harus berlatih seacra langsung dalam medan laga pertarungan kekuasaan...
tanpa berbekal logistik keuangan..
tanpa terikat dalam satu kontrak politik terlebih kontrak professionalisme...
tanpa senjata pamungkas yang pada umumnya berupa gaman atau piandel yang sering menjadi support power perebutan kekuasaan pada umumnya...
satu niatku...
saat aku berkesempatan maka aku ikhlaskan sebagai sebuah wujud pengabdian..
membantu perjuangan tidak dengan titik darah penghabisan..
dan belajar menempa diri dalam situasi dan kondisi yang berbeda...
hidup ini bukanlah sebuah keajegan..
semua menuju sangkar paraning dumadi...
menjadi apa aku kelak..biar Tuhan yang mengatur dan menentukan dengan sebuah Tasbih yang tertetapkanuntukk ku KUN FAKUN!!!
satu hal yang menjadi landas pacu buatku pada saat itu adalah ruang dan koridor kekeluargaan meski tidak secara biologis...
namun sungguh..ikatan emosional kekeluargaan itulah yang kemuadian mengobarkan nyala perjuanganku...
rewang dalam perhelatan pertarungan kekuasaan..meski entah apapun posisiki...yang pasti aku punya titik peran meski dlam skala 0,0000001% dalam lensa mikroskop sekalipun
dari mulai menjadi senopati ...serasa menjadi jenderal "ketjil' yang menjadi pimpinan pasukan relawan lintas daerah...
hingga menjadi abdi dalem yang mengemban tugas domestik sekalipun...itulah keutuhan sebuah peran...
aku nikmati ..aku terima...dengan resiko aku kehilangan beberapa kesempatan yang tidak tiap saat ada diluar sana.
aku sadar..dan aku rela..
tapi apa lacur...pelajaran tentang hakekat makna kekuasaan buatku butuh tingkatan yang lebih dari sekedar menang-kalah dalam sebuah pertaruangan...
saat kemenangan diraih...dan lagi-lagi harus mengoyak sebuah hakekat makna keluarga yang menjadi pelabuhan nilai kasih dan semangat kebersamaan terkikis hanya krn sharing posisi dan peran yang tetap di ritme kemudian...
aku pun rela...
bahkan rela ketika airmata beberapa kali mennggenangi pelupuk tempat aku melihat semua peristiwa...
namun sungguh aku tidak rela ketika bingkai ideologiku tersakiti..
oleh manusia yang pemahaman ideologi hanya sebatas ikatannya logistik dan sahing posisi...
ambillah ...tapi jangan pernah berkata gerwani !!!jangan pernah berusaha merusak pasukanku dengan intrik murahan!!!mereka tidak dibayar kecuali dengan makan dan ruang untuk tidur...seskali menikmati kubangan air ditengah kolam itu...
hanya karena ruang sarinah yang hendak aku bangun dengan segala idealita dan realita kondisi perempuan, anak dan kesejahteraan sosial dewasa ini...lantas smua merasa panas...
aku punya ego yang tinggi ...tpi aku pun punya tingakh kemengalahan yang lebih tinggi
ambillah jika hanya sekedar takut kehilangan peluang kerja bagi kader setengah matang yang kamu banggakan...
adik2 tidak butuh berebut posisi krn merekalah yang kelak akan menetukan posisi...
dan ingat merebut dan memperoleh kekuasaan lebih mudah dibanding dengan mempertahankan...terlebih menjaga agar amanah itu tetap senantiasa dalam koridor kepemimpinannya...
akupun lagi-lagi harus meninggalkan ruang sesat itu..
bangunan utuh perjuangan dan ranah domestik yang mempertemukan titik keseimbangan..
sungguh bukan lantaran fasilitas dan bangunan yang tampak menyeruapai istana...
krnbuatku...gubug2 di pelososk desa sana jauuuhhh lebih nyaman ketimbang kasur empuk dan pernik kemewahan
buatku tidak beda mengendarai mercy ...dengan kopaja atau mikrolet...maknanya sama berkendaraann...
aku masih mampu berjalan...
pasukanku masih mampu menembus ratusan kilometer melaju hanya diatas dua roda yang tidak lagi prima..
hanya dengan bensin 10rb, sesekali lampu motor mati, jalan berlubang dan terjal terlintasi...
dan mereka pun turut rela berjuang krn semangat kekeluargaan yang aku bangun...
bahwa ikatan kekeluargaan itu tidak semata-mata krn garis darah...

itulah.......
semua makna dibalik sepenggal proses yang harus aku tinggalkan...
terlebih pemaknaaan tanggung jawab yang belum tertuntaskan...
ya...
aku masih akan mencari makna tanggung jawab itu...
jauuuhhh sebelum aku bertanggung jawab kepada orang lain maka aku akan mencari makna tanggung jawab terhadap diri sendiri secara tuntas...
tanggung jawab yang hanya dimaknai sebatas keberadaan fisik, ruang dan waktu..
pun saat ragaku tidak berada di bangunan itu..
maka sungguh tiap waktu aku menelepon sekedar bertanya keadaann.
pun fikiran ku tetap disana...
tapi sudahlah..
tanggung jawabku sdhh usai...
mengantar tanpa harus menikmati
tanggung jawabku saat ini bukan dlm rangkaian menjalankan dan mempertahankan kekuasaan..
jadi biar aku tidak bertanggung jawab terhadap kondisi yang selalu berpihak pada kekuasaann
tapi tanggung jawabku akan selalu aku sematkan di tiap perjuangan demi kelansungan generasi penerus bangsa
demi kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia...
tanggung jawabku bukan sebatas saat ini sata dlm batas ruang dan waktu kekinian...
melainkan tanggung jwab yang melekat secara alami dalam tiap episode yang akan melahirkan kisah tentang anak-anak republik
"memikul dan terpikul  nature"
itu saja...

selebihnya..biar Tuhan besert apara perantara yang diutusnya saja yang sesekali akan menghampiriku untuk kembali menorehkan ceritera perjuangan...

1 komentar: